Lumpur lapindo, siapa tidak tahu kasus itu? Bermula dari tahun 2006 dengan munculnya semburan lumpur di daerah porong sidoarjo dan sampai saat ini belum berhenti. Aku tidak mau membahas secara teori apa yang menyebabkan itu, berapa kerugian yang telah ditimbulkan, siapa yang salah, tetapi yang ingin kubahas adalah fenomena kecil menarik yang terjadi di balik bencana lumpur itu.
Cerita bermula di 2007 lalu, ketika temanku Fuad mengajakku ke sidoarjo jawa timur untuk menengok pengungsi korban lumpur lapindo. Fuad adalah salah satu aktivis BEM yang merasa terpanggil untuk ikut meringankan beban para pengungsi, ia mendapat tugas dari organisasi untuk mensupport pendampingan anak-anak korban lumpur yang berhenti sekolah sementara (atau mungkin malah dalam waktu lama).
Perjalanan dari surabaya ke sidoarjo memakan waktu yang tidak terlalu lama. Sambil melewati gudukan tanggul lumpur di daerah porong sidoarjo ada sesuatu yang menarik perhatianku. Apa itu? Sebuah spanduk bertuliskan “Wisata Lumpur Sidoarjo” membentang. Di sekitar itu ada semacam tempat berteduh dadakan dan beberapa sepeda motor yang parkir berjajar yang siap mengantar para “turis” yang ingin menikmati fenomena semburan dan genangan lumpur.. oalah.. onok ae.. 🙂
Tapi fenomena itu menarik juga, bahwa ternyata di balik fenomena bencana itu, ada orang-orang yang berpikir, “tiap hari banyak orang kesini pengen liat lumpur nyembur, kenapa tidak dijadiin obyek wisata sekalian ya..?”. Dan peluang bisnis pun muncul ..
Menarik memang, di saat orang-orang terpaku dengan peribahasa “nasi sudah menjadi bubur”, beberapa orang itu malah berpikir nasi sudah menjadi bubur, kenapa kita tidak sekalian saja bikin bubur ayam yang enak?? Cling! Jadilah peribahasa baru, “nasi sudah menjadi bubur ayam”.. he
Beberapa gambar sindiran pun muncul berkaitan dengan fenomena semburan lumpur ini.. berikut salah satunya
Berikut beberapa gambar kondisi memprihatinkan akibat lumpur sidoarjo,
Ya, pada akhirnya kita hanya bisa ikut mendo’akan semoga Tuhan memudahkan urusan mereka.
muhasabah 